Merokok,
Identik dengan asap, sampah puntung rokok, dan himbauan berupa gambar menyeramkan pada bungkus rokok. Bahkan rokok telah menjadi kebutuhan pokok bagi para pecandunya, istilahnya merokok sama pentingnya dengan makan. Bagi para perokok, menghilangkan kebiasaan menghisap lintingan tembakau adalah hal yang sangat sulit, entah apa yang membuat mereka betah menghisap daun tembakau hingga mengeluarkan asap.
Saya sebagai satu dari sekian banyak orang yang membenci asap rokok pun keheranan, sebenarnya apasih nikmatnya memenuhi tenggorokan dengan asap? Padahal rokok tidak memiliki perasa seperti hookah atau shisha. Namun itu semua kembali kepada si perokok tersebut, kalau sudah terlanjur jatuh cinta dengan rokok, ya pastinya dibilang nikmat juga toh.
Disamping pertanyaan saya tentang apa nikmatnya merokok. Sudah sejak lama merokok menjadi gaya hidup yang melekat pada masyarakat, dan mayoritas penghisapnya adalah kaum pria. Seorang perokok pun akan merokok dimana saja dan kapan saja selama tidak berada di kawasan bebas asap rokok. Karena tidak semua orang bisa menerima asap rokok, bahkan asap rokok pun dilarang untuk terhirup oleh anak-anak. Ya, asapnya saja berbahaya jika kita mengingat kembali perjuangan seorang perempuan bernama Tika yang menderita flek paru-paru atau Broncopnemonia Duplex, Tika menderita penyakit tersebut bukan karena Tika seorang perokok tapi dia seseorang yang hidup disekitar orang-orang yang merokok. Namun pada 30 Agustus 2010, Tika harus meregang nyawa akibat flek di paru-parunya. Tentu kisah tentang Tika menjadi cambuk untuk masyarakat terutama perokok aktif, bahwa efek yang diakibatkan oleh rokok tidak hanya berdampak pada perokok tersebut tetapi pada orang disekitarnya pula.
Disamping masalah kesehatan yang diakibatkan oleh rokok, ada lagi masalah yang muncul dari rokok ini sendiri, yaitu sampah puntung rokok. Karena aktivitas merokok dapet dilakukan dimana saja termasuk di kampus, maka tak jarang kita sering menemui sampah puntung rokok di lantai-lantai atau di tanah sekitar kampus. Banyak perokok yang menganggap remen masalah puntung rokok ini, bahkan banyak yang tidak peduli pula. Meskipun puntung rokok sendiri dapat terurai dengan sendirinya tetapi tetap saja membuat lingkungan tidak terlihat indah dan asri.
Tidak hanya membuang di sekitar lantai dan tanah, para perokok juga seringkali membuat puntung rokok di RedZone atau tempat khusus untuk merokok.
Tujuan adanya RedZone sendiri sebagai sarana untuk merokok tanpa harus mengganggu orang lain, tapi fungsi RedZone pun sedikit ternodai dengan banyaknya perokok yang membuang puntung rokok sembarangan, sehingga membuat RedZone terlihat kotor dan tidak nyaman.
Hal ini pun saya sadari, bahwa kurang fasilitas di RedZone yaitu asbak. Ya, memang benda yang dibutuhkan perokok adalah asbak untuk membuang puntung rokoknya. Karena terdorong oleh tugas kuliah pula, saya dan kelompok saya mencoba menaruh asbak di RedZone sekaligus mewawancarai beberapa orang mengenai pendapatnya tentang asbak di RedZone.
Bagi saya, satu hal kecil dapat berpengaruh besar terhadap lingkungan, dengan adanya asbak diharapkan sampah puntung rokok tidak mengganggu pemandangan disekitar kampus dan lingkungan kampus pun indah untuk dipandang.
mantab tan... terus menulis yak!
BalasHapus